ANALISIS INFORMASI KEUANGAN SAP 4
2.1 Kewajiban Lancar dan Jangka Panjang
Menurut FASB, kewajiban adalah pengorbanan manfaat
ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu
entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa
mendatang sebagai akibat ransaksi masa lalu. Menurut IAI, kewajiban merupakan
hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Ghozali dan Chairiri, 2007).
Menurut Munawir (2004) hutang adalah semua kewajiban
keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal
yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam
pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya
biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin
meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian
bagi para pemegang saham biasa.
2.1.1 Kewajiban lancar atau jangka pendek
Merupakan
kewajiban yang pelunasannya memerlukan penggunaan aktiva lancar atau munculnya
kewajiban lancar lainnya. Pada praktiknya, kewajiban lancar dicatat pada nilai
jatuh temponya, bukan pada nilai sekarangnya, karena pendeknya waktu
penyelesaian utang. Terdapat 2 jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari
aktivitas operasi, meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka (unearned
revenue), uang muka, utang usaha dan akrual beban operasi lainnya. Jenis
kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman
jangka pendek dan bagian utang jangka panjang jatuh tempo dalam waktu 1
tahun.
Perusahaan
menunjukkan kemampuan pendapatan kembali jangka panjang dengan cara: (1) telah
menerbitkan efek utang jangka panjang atau efek ekuitas untuk menggantikan kewajiban jangka pendek setelah tanggal neraca namun sebelum
diumumkan, atau (2) telah melakukan kesepakatan dengan sumber pendanaan yang
menyetujui pendanaan kembali utang jangka pendek saat jatuh tempo. Lesepakatan
pendanaan yang dapat dibatalkan karena perlanggaran persyaratan yang dapat
dievaluasi secara berbeda oleh pihak yang bersepakat tidak memenuhi kondisi
ini.
2.1.2 Kewajiban tak lancar atau jangka panjang
Merupakan
kewajiban yang tidak jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau 1 siklus operasi,
mana yang lebih panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang dan
wesel bayar. Obligasi merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai
nominal obligasi bersama tingkat kuponnya menentukan bunga tunai yang dibayarkan
atas obligasi tersebut. Kewajiban yang umum lainnya adalah komitmen pembelian.
Komitmen seperti ini memerlukan pengungkapan jika kewajiban pembelian tanpa
syarat ini menyediakan pendanaan bagi untuk pemasok dan tidak diakui dalam
neraca pembeli.
Timbulnya Hutang Jangka Panjang
Saat skala operasional perusahaan berkembang atau dalam
membangun suatu perusahaan dibutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan
untuk Investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfa’at dalam
jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau dengan
menambah modal. Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik
hutang jangka panjang misalnya obligasi atau menambah modal sendiri dengan
mengeluarkan saham.
Ada beberapa kelebihan menarik hutang jangka panjang melalui obligasi dibanding menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
Ada beberapa kelebihan menarik hutang jangka panjang melalui obligasi dibanding menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
1. Keuntungan menarik obligasi pemegang obligasi tidak
mempunyai hak suara dalam kebijakan perusahaan sehingga tidak mempengaruhi
manajemen.
2. Bunga obligasi mungkin lebih rendah dibanding deviden
yang harus dibayarkan kepada pemegang saham.
3. Bunga merupakan biaya yang dibebankan pada perusahaan
yang dapat mengurangi kewajiban pajak sedangkan deviden adalah pembagian laba
yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Sebaliknya juga terdapat hal yang kurang menguntungkan
antara lain :
1. Bunga obligasi adalah beban tetap baik dalam keadaan
perusahaan mendapat laba atau mengalami kerugian
2. Jika perusahaan tidak mampu membayar obligasi yang
jatuh tempo, pemegang obligasi tetap mempunyai hak untuk menuntut pengembalian
obligasi sedangkan pemegang saham tidak mempunyai hak demikian karena pemegang
saham adalah pemilik perusahaan yang turut bertanggung jawab menanggung resiko
kerugian perusagaan.
Secara garis besar hutang jangka panjang
digolongkan pada dua golongan yaitu :
1. Hutang Hipotik : Hutang yang timbul berkaitan dengan
perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan harta tetap. Dalam
penjanjian disebutkan harta peminjam yang dijadikan jaminan berupa tanah atau
gedung. Jika peminjam tidak melunasi pada waktunya, pemberi pinjaman dapat
menjual jaminan tersebut yang kemudian diperhitungkan dengan hutang.
2. Hutang Obligasi : Hutang yang timbul berkaitan dengan
dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. Pembeli obligasi
disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai
jenis obligasi tersebut.
Berikut
ini adalah rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan kewajiban
(hutang)
a.
Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki,
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Hutang Lancar
b. Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Merupakan
rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat
dihitung dengan rumus yaitu :
Quick
Ratio = Aktiva Lancar –
Persediaan
Hutang Lancar
c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)
Merupakan
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank. Cash
Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Cash
Ratio = Cash + Efek
Hutang
Lancar
Rasio Solvabilitas
Rasio
ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan
oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para
pemberi pinjaman (Bank). Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah
:
a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio
Hutang terhadap Ekuitas) Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibanya .
Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :
Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :
Total
Debt to equity Ratio = Total
Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas Pemegang Saham
b. Total Debt to Total Asset Ratio (Rasio Hutang
terhadap Total Aktiva )
Rasio
ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan
jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan
rumus yaitu :
Total
Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
Total Aktiva
2.2 Leasing
Sewa
guna usaha (lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor) dan
penyewa (lessee). Perjanjian tersebut memberikan hak pada lesse untuk
menggunakan aktiva yang dimiliki oleh lessor, selama masa sewa guna usaha.
Sebagai imbalannya, lesse membayar sewa yang disebut pembayaran sewa guna usaha
minimum. Perjanjian mewajibkan lesse membayar selama periode yang ditentukan.
Sewa guna usaha meningkat frekuensi maupun besarannya. Sewa guna usaha merupakan
bentuk pendanaan utama dalam usaha ritel, penerbangan , dan kereta api.
2.2.1 Pengertian Leasing Menurut SAK
Perusahaan
dalam menjalankan operasinya membutuhkan aktiva tetap dan untuk memperolehnya
perusahaan dapat menggunakan cara yang berbeda-beda. Salah satu yang paling
mudah adalah dengan cara membelinya. Memperoleh aktiva tetap dengan cara
pembelian menimbulkan berbagai keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dan
memerlukan berbagai pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah dana yang
ada mencukupi atau diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain seperti
ketinggalan zaman sehingga tidak ekonomis lagi bila dipakai ataupun ada resiko
kegagalan memakai serta kemungkinan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi.
Cara
lain dalam memperoleh aktiva yang dapat diterapkan adalah dengan cara leasing.
Leasing berasal dari kata Lease yang berarti sewa atau lebih umum
diartikan “kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
bersama". Pihak utama dalam leasing, menurut Ahmad Awari, ada beberapa pihak
yang terlibat dala perjanjian lease, yaitu sebagai berikut:
a. Pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah
perusahan atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk
barang modal.
b. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak
yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor.
c. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan
atau menyediakan barang untuk dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai
oleh lessor.
2.2.2 Pengaruh Leasing Terhadap Laporan Keuangan
Pembayaran lease data dicatat sebagai beban operasi
pada laporan rugi-rugi perusahaan, tetapi dalam keadaan tertentu, baik aktiva
lease maupun kewajiban lease sesuai kontrak lease tidak muncul dalam neraca
perusahaan. Karena itu, leasing seringkali disebut pembiayaan di luar neraca
(off balance sheet financing).
Suatu lease harus diklasifikasikan sebagai lease modal,
dan karenanya dikapitalisasikan dan langsung disajikan di neraca, jika terdapat
salah satu dari kondisi berikut :
1. Berdasarkan syarat-syarat lease, pemilikan atas property secara efektif
berpindah dari lessor kepada lessee.
2. Lessee dapat membeli property tersebut atau memperbarui perjanjian lease
dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar wajar pada saat perjanjian
lease berakhir.
3. Lease itu berlaku untuk periode yang sama atau lebih lama daripada 75
persen dari umur aktiva. Jadi, jika suatu aktiva berumur 10 tahun dan lease
ditulis untuk peride lebih dari 7,5 tahun, maka lease tersebut harus
dikapitalisasi.
4. Nilai sekarang pembayaran lease adalah sama atau lebih besar daripada 90
persen dari nilai awal aktiva tersebut.
Jadi, lease pada dasarnya diakui sama seperti utang,
dan mempunyai pengaruh yang sama seperti utang terhadap tingkat pengembalian
yang disyaratkan atas perusahaan. Oleh karena itu, leasing pada umumnya tidak
akan membungkinkan suatu perusahaan untuk menggunakan leverage keuangan yang
lebih besar daripada yang dapat diperolehnya dari utang konvensional.
Kapitalisasi operating lease berdampak
signifikan terhadap aspek likuiditas perusahaan di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan ketika perusahaan menggunakan operating lease, nilai
liabilitas lancar yang disajikan pada laporan posisi keuangan menjadi lebih
rendah dari yang seharusnya. Perusahaan hanya mengakui beban sewa periodik pada
laporan laba rugi tanpa mengakui bagian liabilitas sewa yang harus diselesaikan
dalam periode yang bersangkutan (liabilitas lancar) pada laporan posisi
keuangan. Sehingga, hal tersebut akan meningkatkan rasio likuiditas
perusahaan.
Kapitalisasi operating lease berdampak
signifikan terhadap aspek aktivitas perusahaan di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan nilai total aset yang disajikan pada laporan posisi keuangan ketika
perusahaan menggunakan operating lease menjadi lebih rendah
dari seharusnya, sebab perusahaan tidak mengakui aset sewa yang dimilikinya
sebagai bagian dari aset perusahaan sehingga rasio aktivitas perusahaan akan
meningkat.
Kapitalisasi operating lease berdampak
signifikan terhadap aspek solvabilitas (leverage) perusahaan di
Indonesia. Hal tersebut terjadi karena, dengan menggunakan operating
lease, perusahaan tidak harus mengakui liabilitas sewa dalam laporan posisi
keuangan perusahaan. Dengan demikian, nilai liabilitas lancar maupun tidak
lancar yang dilaporkan menjadi lebih rendah dari seharusnya. Sehingga, akan
mengurangi rasio solvabilitas (leverage) perusahaan.
Kenaikan rasio solvabilitas (leverage) yang
tinggi pada suatu perusahaan merupakan perkembangan yang merugikan bagi suatu
perusahaan. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi
akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor
bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang (Priantinah, 2009).
Akibatnya, investor mungkin akan menarik kembali investasi mereka pada
perusahaan, sedangkan kreditor mungkin akan menarik kembali pinjaman (atau
menolak untuk memperpanjang kredit) yang mereka berikan kepada perusahaan.
Selain itu, pemegang saham juga mungkin akan menjual saham mereka, sehingga
harga saham akan menurun.
Kapitalisasi operating lease tidak
berdampak signifikan terhadap aspek profitabilitas perusahaan di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya perubahan signifikan yang terjadi pada tingkat
pengembalian atas aset dan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan akibat
kapitalisasi operating lease. Kondisi ini disebabkan oleh adanya
pengurangan nilai beban sewa periodik atas operating lease pada
beban operasi perusahaan ketika kapitalisasi dilakukan, yang disertai dengan
adanya penambahan beban penyusutan atas aset sewa dan beban bunga atas
liabilitas sewa pada laporan laba rugi perusahaan. Sehingga, tidak memberikan
pengaruh yang besar terhadap laba bersih. Dengan demikian,
kapitalisasi operating lease tidak memberikan dampak signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan.
Penggunaan operating lease tidak
mengindikasikan adanya tindakan income minimization yang
dilakukan oleh perusahaan. Akan tetapi, perusahaan dapat
memanfaatkan accounting choice atas
penggunaan operating lease untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, terutama dalam hal meningkatkan rasio likuiditas dan aktivitas
serta menurunkan rasio hutang atau solvabilitas perusahaan.
2.3 Capital Stock (Modal Saham)
Modal
saham merupakan jenis modal yang
hanya terdapat dalam perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) yang
diperoleh dengan cara menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak
tertentu atau kepada masyarakat umum.
2.3.1 Pelaporan Modal Saham
Pelaporan
Modal saham, meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar modal yang
diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan terkait. Modal Kontribusi,
merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham sebagai pembayaran
saham modal. Saham diperoleh kembali (treasury stock atau buyback) merupakan
saham perusahaan yang dibeli kembali setelah sebelumnya diterbitkan dan dibayar
penuh.msaham diperoleh kembali umumnya dicatat pada harga perolehan dengan
metode penyajian yang umum adalah mengurangkan biaya saham diperoleh kembali
dari total ekuitas pemegang saham.
2.3.2 Klasifikasi Modal Saham
Modal
Saham (capital stock) merupakan
saham yang diterbitkan kepada pemegang saham ekuitas sebagai pembayaran aktiva
dan jasa. Terdapat dua jenis Modal Saham sebagai berikut:
a. Saham Preferen (preffered stock), yaitu kelompok khusus
saham yang memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri-ciri umum
saham preferen meliputi:
- Prioritas atas distribusi dividen termasuk hak partisipasi dan dividen kumulatif;
- Prioritas atas likuidasi, terutama penting karena selisih antara nilai nominal dan nilai likuidasi dan nilai likuidasi saham preferen bisa besar;
- Dapat dikonversi menjadi saham biasa;
- Tidak memiliki hak suara;
- Harga pembelian kembali biasanya untuk melindungi pemegang saham preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga pembelian kembali premium sering kali makin menurun).
b. Saham Biasa (common stock), yaitu kelompok saham
yang mencerminkan hak kepemilikan serta memiliki risiko tinggi dan pengembalian
tinggi atas kinerja perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual
interest) dan tidak diprioritaskan namun mendapatkan laba bersih sisa dan
menyerap rugi bersih.
2.3.3 Penyajian dan Analisis Ekuitas Pemegang Saham
1. Penyajian
a. Neraca
Salah satu kelompok
yang disajikan didalam laporan posisi keuangan adalah ekuitas pemegang saham.
Dalam penyajian ekuitas pemegang saham, perusahaan harus mengungkapkan hak-hak
dan keistimewaan yang berkaitan dengan berbagai sekuritas yang beredar.
Misalnya, perusahaan harus mengungkapkan semua dividen yang dikeluarkan
setelahnya dan preferensi likuidasi, hak partisipasi, harga dan tanggal
penarikan, persyaratan modal tertanam, hak suara khusus, dan syarat-syarat
kontrak lain yang penting dalam menerbitkan saham tambahan
b. Laporan Ekuitas
Pemegang Saham
Laporan ekuitas
pemegang saham biasanya disajikan dalam format dasar sebagai berikut
:
1. Saldo
pada awal periode
2. Penambahan
3. Pengurangan
saldo pada akhir periode.
2. Analisis
Analisis Rasio ekuitas
pemegang sahamm digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka
panjang perusahaan. Tiga rasio yang digunakan yaitu :
1. Tingkat Pengembalian atas ekuitas saham biasa
Tingkat Pengembalian
atas saham biasa = ( Laba Bersih - Dividen Saham Preferen ) / Rata - Rata
Ekuitas Pemegang Saham
2. Rasio pembayaran
Rasio Pembayaran =
Dividen Tunai / Laba Bersih - Dividen Preferen
3. Nilai buku per saham
Nilai Buku Per Saham =
Ekuitas Pemegang Saham Biasa / Saham yang Beredar.
2.4 Retained Earning (Laba Ditahan)
Laba ditahan (retained earning) merupakan laba
bersih yang tidak didistribusikan kepada para pemegang saham. Maksud laba yang
ditahan (retained earning) menurut pendapat Martono dan Agus
Harjito (2005:201) yaitu “Laba yang tidak dibagi”.
Laba Ditahan ( Laba Tidak dibagi) merupakan modal yang
berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu
sesudah dikurangi deviden yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening
modal. Rugi laba ini dapat berasal dari:
a. Rugi laba usaha;
b. Rugi laba kegiatan yang tidak rutin seperti laba
penjualan aktiva tetap;
c. Koreksi atas laba tahun-tahun lalu.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi (faktor) perubahan
laba ditahan, antara lain:
a. adanya laba bersih (net income) atau rugi bersih
(net loss)
b. adanya penyesuaian periode sebelumnya (prior period
adjusment) dan perubahan kebijakan akuntansi (change in accounting
policy)
c. adanya deviden (cash devicend, stock devidend,
property dividend dan scrip dividend)
d. adanya transaksi atas treasury
stock
e. adanya penyesuaian akibat quasi
reorganization
Laporan laba ditahan berisikan informasi mengenai
perubahan laba ditahan perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal
sendiri perusahaan. Perhitungan laba ditahan adalah laba bersih dikurangi
deviden yang dibagikan. Laba ditahan diinvestasikan kembali dengan harapan
peningkatan laba perusahaan pada tahun mendatang. Laporan ini digunakan investor
untuk menilai usulan kebijakan manajemen perusahaan mengenai deviden. Pembagian
deviden yang merupakan hak pemegang saham yang diatur dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) biasanya tidak dibagikan seluruhnya, tetapi sebagian digunakan
kembali untuk berinvestasi. Sebagian yang digunakan untuk berinvestasi inilah
menjadi laba ditahan perusahaan. Semakin besar laba ditahan perusahaan akan
semakin besar aset perusahaan, dan dapat dikatakan perusahaan tersebut
“sehat”.
Laba ditahan (R/E) sangat erat hubungannya dengan
dividen. Dimana dividen adlah pembagian laba kepada pemegang saham atas hak
kepemilikan lembar saham perusahaan.
Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang
sebanding dengan jumlah lembar yang dimilikinya. Apabila dividen yang dibagikan
itu berbentuk selain uang tunai maka akan dicatat dengan judul yang sesuai.
Jika digunakan istilah dividen saja, maka yang dimaksudkan adalah dividen kas.
Dividen yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai
berikut:
a. Deviden kas
b. Dividen aktiva selain kas (property
dividends)
c. Dividen Utang (Scrip Dividends)
d. Dividen Likuidasi
e. Dividen Saham
Pembagian dividen kepada para pemegang saham dapat
berakibat sebagai berikut:
1. Pembagian aktiva PT dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti
dalam hal dividen kas, aktiva selain kas atau dividen likuidasi.
2. Timbulnya suatu utng dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti
dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum
dibayar .
3. Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi
hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT
seperti dalam hal dividen saham.
Dalam rangka pembagian dividen dari suatu perusahaan
ada 3 tanggal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Tanggal pengumuman
b. Tanggal pendaftaran ( pencatatan )
c. Tanggal pembayaran
Berikut ini diberikan penjelasan untuk masing-masing
jenis dividen.
a. Dividen kas
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dalam
bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat
pengumuman adanya deviden kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi
untuk pembagian diveden tersebut. Jurnal untuk mencatat pembagian dividen kas
ini dibuat pada pengumuman dan pembayaran.
Jurnal pada saat pengumuman :
Laba
Ditahan Rp. xx
Utang Dividen
Kas Rp. xx
Jurnal pada saat pembayaran :
Utang Dividen
Kas Rp. xx
Laba
Ditahan Rp. Xx
b. Dividen aktiva selain kas (Property
Dividends)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva
selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut property
dividends. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga
perusahaan lain yang dimiliki oleh PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva
lainnya.
Jurnal pada saat
pengumuman :
Laba Ditahan Rp. xx
Utang
Dividen Rp. xx
Jurnal pada saat
pembayaran:
Utang Dividen Rp. xx
Investasi Rp. xx
c. Dividen Utang (Scrip
Dividends)
Dividen Utang (Scrip dividends) timbul apabila laba
ditahan itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang
ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan scrip
devidends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang
akan dating. Scrip devidends ini
mungkin berbunga, mungkin juga tidak.
Jurnal
pada saat pengumuman :
Laba Ditahan Rp. xx
Utang Dividen
scrip Rp. xx
Jurnal ketika
pembayaran disertai bunga:
Utang Dividen
Scrip Rp. xx
Biaya
Bunga Rp. xx
Kas Rp. Xx
d. Dividen Likuidasi
Dividen Likuidasi adalah dividen yang sebagian
merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit
rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal
saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting asset yang tidak akan diganti,
bisa membagi dividen likuidasi secara periodik.
Jurnal : Laba
Ditahan Rp. xx
Agio Rp. xx
Kas Rp. Xx
e. Dividen Saham
Dividen Saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa
dipungut pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan saham-saham
yang dimilikinya.
Dividen Saham bisa dibagikan sebagai
berikut:
1. Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama,
misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham
prioritas untuk pemegang saham prioritas, disebut saham biasa.
2. Dividen saham berupa saham yang
jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa
atau dividen saham prioritas untuk pemegang saham prioritas disebut dividen
saham special ( khusus)
Ada beberapa alasan-alasan yang membenarkan pembagian
dividen saham antara lain:
a. Keinginan pimpinan perusahaan untuk menahan laba secara
tetap yaitu dengan mengkapitalisasi sebagian laba ditahan.
b. Untuk dapat membagi dividen tanpa pembagian aktiva yang
diprlukan untuk modal kerja atau ekspansi.
c. Untuk menaikkan jumlah lembar saham yang beredar,
sehingga harga pasarnya akan menurun. Akibatnya mendorong terjadinya perdagangan
saham.
Jurnal pada tanggal pengumuman:
Laba Ditahan Rp.
xx
Utang Dividen Saham Biasa Rp. xx
Agio Saham Biasa (ketika
Laba) Rp. xx
Jurnal pada tanggal pengeluaran;
Utang Dividen Saham
Biasa Rp. xx
Modal Saham
Biasa Rp. xx
Akumulasi Dividen dari Saham
Prioritas
Dividen saham prioritas yang berakumulasi, sebelum
secara resmi diumumkan belum merupakan uang PT. Tetapi supaya jelas, di dalam
neraca diminta untuk dilaporkan adanya akumulasi dividen tersebut. Cara
melaporkannya dalam neraca bisa:
a. Dengan catatan kaki (footnote)
b. Laba ditahan yang tidak dibatasi dikurangi dengan
jumlah dividen yang belum dibayar dengan cara sebagai berikut:
Laba
ditahan Rp. xxx
Jumlah Dividen saham prioritas belum
dibayar (Rp. xxx)
Jumlah. Rp. xxx
Dividen untuk Saham Tanpa Nilai
Nominal
Jika saham yang beredar itu tanpa nominal, maka dividen
yang akan dibagikan harus dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase.
Apabila perusahaan ingin mentransfer laba ditahan ke modal saham, tidak perlu
mengumumkan dividen saham tetapi cukup menjurnal sebagai berikut:
Laba Ditahan Rp. xx
Modal
Saham Rp. xx
Pembatasan Laba Ditahan
Dividen yang dibagikan dibebankan ke rekening laba
ditahan. Dari waktu ke waktu dapat dilakukan pembatasan terhadap laba ditahan
dengan maksud untuk menjaga agar tidak semua saldo tidak dibagi diminta sebagai
dividen. Pembatasan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Dengan membuat jurnal untuk mencatat pembatasan laba
ditahan, sehingga jumlah laba ditahan terdiri dari dua rekening yaitu rekening
laba ditahan masih bebas dan
2. Tidak membuat jurnal pembatasan laba
ditahan.
Beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya pembatasan
laba ditahan:
a. Pembatasan laba ditahan untuk memenuhi perjanjian utang
jangka panjang
b. Pembatasan laba ditahan untuk perencanaan keuangan
c. Pembatasan laba ditahan untuk kemungkinan kerugian
dimasa yang akan datang
Analisis pembatasan distribusi laba ditahan oleh
pinjaman atau kesepakatan lain umumnya mengungkapkan cakupan perusahaan dalam
area seperti distribusi dividen atau pencapaian modal kerja pada tingkat
tertentu. Pembatasan tersebut juga mengungkapkan kekuatan tawar-menawar
perusahaan dan posisinya dalam pasar kredit.
2.5 Kasus
Contoh kasus : PT. SAMUDRA menyewa peralatan
pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa 5 tahun dengan syarat sebagai berikut
:
1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari.
Untuk tahun pertama jatuh pada tanggal 2 Januari 2001.
2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua
masing-masing sebesar Rp. 30.000.000,00. Sementara untuk tahun ketiga , keempat
dan kelima masing-masing Rp. 20.000.000,00.
Dari
data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah 2 X Rp. 30.000.000,00
+ 3 X Rp.20.000.000,00. Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah sewa tiap
tahun adalah Rp.120.000.000,00.: 5 = Rp 24.000.000,00
Pembayaran
sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal sebagai
berikut.
Jan.
2 Beban Sewa Rp. 24.000.000,00 -
Sewa Dibayar
Dimuka Rp. 6.000.000,00 -
Kas Rp. 30.000.00,00
Pembayaran
sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal sebagai
berikut.
Jan.
2 Beban sewa Rp.
24.000.000,00 -
Sewa dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00
-
Kas Rp.
30.000.000,00
Pembayaran
sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00. dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
Jan.
2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00
Sewa
dibayar Dimuka - Rp. 4.000.000,00
Kas Rp.
20.000.000,00
Demikian
pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan jurnal
seperti da pembayaran sewa tahun
ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar Dimuka selama masa sewa guna
usaha(secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini
Sewa
Dibayar Dimuka
Jan.
2, 2001 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2003 Rp. 4.000.000,00
Jan.
2, 2002 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2004 Rp. 4.000.000,00
Jan.
2, 2005 Rp. 4.000.000,00
Pada
ahir masa guna, akun Sewa Diby\ayar Dimuka tidak mempunyai saldo. Ada kalanya
sewa pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun terahir.
Misalnya : dari data contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan ketiga
masing-masing sebesar Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan
kalimat masing-masing Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian, pembayaran sewa
untuk pertama, kedua dan ketiga, masing-masing dicatat dalam jurnal berikut
:
Jan.
2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -
Hutang
Sewa Rp. 4.000.000,00
Kas Rp.
20.000.000,00
Pembayaran
sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat dengan jurnal sebagai
berikut :
Jan.
2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -
Hutang
Sewa Rp. 6.000.000,00 -
Kas Rp. 30.000.000,00
Dalam
hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang berjalan,
misalnya dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001 jatuh
pada tgl 1 April 2001. Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat
penyesuaian. Jurnal penyesiaian yang dibuat 31 Desember 2001, sebagai berikut
:
Des.31 Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -
Beban
Sewa Rp. 6.000.000,00
(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002
yang telah dibayar tahun 2001)
Sehubungan
dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal
Sehubungan
dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun 2002, dibuat
jurnal pembalik sebagai berikut :
Jan.
2 Beban
Sewa Rp. 6.000.000,00 -
Sewa
Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam
analisis laporan keuangan harus dikenali beberapa istilah yang nantinya menjadi
faktor-faktor penentu dalam melakukan analisis laporan keuangan. Dalam paper
ini akan dibahas mengenai: (1) kewajiban lancar dan jangka panjang, (2) leasing, (3) capital stock, (4) laba
ditahan, dan (5) kasus yang berhubungan dengan salah satu bahasan paper ini
yakni kasus mengenai leasing. Kewajiban (hutang)
merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan
untuk membiayai kebutuhan dananya. Kewajiban terdiri dari dua jenis yaitu
kewajiban lancar dan jangka panjang. Sewa
guna usaha (lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor) dan
penyewa (lessee). Perjanjian tersebut memberikan hak pada lesse untuk
menggunakan aktiva yang dimiliki oleh lessor, selama masa sewa guna usaha.
Modal saham merupakan
jenis modal yang
hanya terdapat dalam perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
diperoleh dengan cara menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak
tertentu atau kepada masyarakat umum. Laba ditahan (retained earning) merupakan laba
bersih yang tidak didistribusikan kepada para pemegang saham.
DAFTAR PUSTAKA
Subramanyam
dan John J. Wild. 2014. Analisis Laporan
Keuangan Edisi 10, Salemba Empat: Jakarta
Jumingan.
2005. Analisis Laporan Keuangan,
Bumi Aksara: Jakarta
https://sucirakhmawati.wordpress.com/2014/12/25/analisis-laporan-keuangan/
(diakses tanggal 30 September 2017)
https://www.academia.edu/10985458/MAKALAH_ANALISIS_LAPORAN_KEUANGAN
(diakses tanggal 30 September 2017)
https://www.sahamok.com/contoh-analisa-fundamental-saham/
(diakses tanggal 30 September 2017)
http://panduan-terbaik.tripod.com/analisa.htm
(diakses tanggal 30 September 2017)
0 Response to "ANALISIS INFORMASI KEUANGAN SAP 4"
Post a Comment