ANALISIS INFORMASI KEUANGAN SAP 8
Pengertian Struktur Modal
Struktur
modal adalah perimbangan
atau perbandingan
hutang jangka
panjang
dengan modal sendiri
(Riyanto,
2001).
Struktur
modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis
sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat
hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds
yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya.
Keputusan
struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar,
sangat
mempengaruhi nilai perusahaan.
Sumber
dana perusahaan dari internal berasal
dari
laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah
dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan.
Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur
merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan
modal sendiri.
Kebijakan
mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian-Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan
tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko
yang makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham,
tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga
saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan
harga saham ( Brigham dan Houston, 2001). Struktur modal perusahaan
menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang
digunakan oleh perusahaan. Ada dua macam tipe modal menurut Lawrence, Gitman
(2000) yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital).
Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang
diperhitungkan hanya hutang jangka panjang.
Komponen Struktur Modal
1.
Hutang
Jangka Panjang
Jumlah
hutang di dalam neraca akan
menunjukkan
besarnya
modal
pinjaman
yang digunakan dalam
operasi
perusahaan.
Modal
pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun
hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih
besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.
Menurut
Sundjaja dan Barlian (2003, p.324), “hutang jangka panjang merupakan salah satu
dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu
tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa
pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan)
dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat
obligasi, dalam surat
obligasi
ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi
tersebut).
Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang
dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga memilih untuk
menggunakan hutang menurut Sundjaja at. al (2003) adalah sebagai
berikut:
Ø Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh
laba besar,
jumlah bunga yang dibayarkan besarnya
tetap.
Ø Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham
biasa.
Ø Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila
pembiayaan memakai hutang.
Ø Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat
mengurangi pajak.
Ø Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai
dengan memasukkan peraturan penebusan dalam perjanjian
obligasi.
Kreditur
(investor) lebih memilih menanamkan
investasi
dalam bentuk hutang jangka panjang karena beberapa pertimbangan. Menurut
Sundjaja at. al (2003), pemilihan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang
dari sisi
investor
didasarkan
pada
beberapa hal berikut:
Ø Hutang dapat memberikan prioritas baik dalam hal
pendapatan maupun likuidasi kepada pemegangnya.
Ø Mempunyai saat jatuh tempo yang
pasti.
Ø Dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang
(dari segi resiko).
Ø Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali
pendapatan
obligasi).
2. Modal Sendiri
Menurut
Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal
menitik
beratkan
pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan hutang dalam pembiayaan
perusahaan mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
modal sendiri.
Menurut
Sundjaja
at al.
(2003,
p.324), “modal sendiri/equity capital adalah
dana
jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang
saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa)
serta laba ditahan”.
Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan
opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah
control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak
pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan.
Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari
pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman
memiliki jatuh tempo.
Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri
yaitu:
1. Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya
beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan
daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan
saham preferen dalam jumlah yang banyak.
Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi
manajemen menurut Sundjaja at. al (2003) adalah sebagai
berikut:
Ø Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh
keuangan.
Ø Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit
untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil resiko untuk memaksakan jika
usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar
pokoknya.
Ø Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan,
merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui hutang baru
dan divestasi.
2. Modal saham biasa
Pemilik
perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan
harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang.
Pemegang
saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima
sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah
dipenuhi.
Ada beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa
bagi Kepentingan manajemen
(perusahaan), menurut Sundjaja at. al (2003), yaitu
Ø Saham biasa tidak memberi dividen tetap. Jika
perusahaan dapat
memperoleh
laba, pemegang saham biasa akan memperoleh dividen.
Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya
tetap (merupakan biaya tetap bagi perusahaan), perusahaan tidak diharuskan oleh
hukum untuk selalu membayar dividen kepada para pemegang saham
biasa.
Ø Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh
tempo.
Ø Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas
rugi yang diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan
meningkatkan kredibilitas perusahaan.
Ø Saham biasa dapat pada saat-saat tertentu, dijual lebih
mudah dibandingkan bentuk hutang lainnya. Saham biasa mempunyai daya tarik
tersendiri bagi kelompok-kelompok investor tertentu.
Umumnya, saham biasa meningkat nilainya jika nilai
aktiva riil juga meningkat selama periode inflasi.
Ø Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam
bentuk keuntungan modal merupakan obyek tarif pajak penghasilan yang rendah.
(Weston & Copeland) Menurut Wasis (1981, p.81), “pemilik yang menyetorkan
modal akan menjadi penanggung resiko yang pertama. Artinya bahwa pihak non
pemilik tidak akan menderita kerugian sebelum kewajiban dari pemilik ditunaikan
seluruhnya.
Kerugian perusahaan pertama-tama harus dibebankan kepada pemilik.
Kerugian perusahaan pertama-tama harus dibebankan kepada pemilik.
Teori Struktur Modal
1) Agency
Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan
William H. Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi,
2004) ,yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham,
sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak
atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada
agen.
2) Signaling
Theory
Isyarat
atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
3) Pecking
Order Theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan
bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha
menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning, kemudian utang
berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran,
2004).
4) Trade Off
Theory
Konsep trade off dalam balancing theory adalah
menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal
sehingga disebut pula sebagai trade off theory (Brigham et al, 1999 dalam Kaaro,
2003). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996) dalam Adler Haymans
Manurung (2004), semakin besar utang yang digunakan, semakin tinggi nilai
perusahaan. Model Modigliani dan Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan
dan biaya keagenan. Struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan
menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dan
biaya keagenan yang disebut model trade off ( Myers, 1984 dalam Perminas
Pangeran, 2004).
Contoh:
Setiap
perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk penetapan
struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau menggabungkan
usahanya besar kemungkinannya akan
melakukan
perubahan struktur modal yang disebabkan adanya perubahan modal atau tambahan
modal. Dua hal yang harus dilakukan perusahaan ;
Pertama,
menentukan besarnya Kebutuhan modal kuantitatif
dan Kedua,
menentukan sumber modal kualitatif/jenis modal yang akan ditarik.
Proses pertama dikatakan sebagal proses Kapitalisasi,
sedangkan yang kedua dikatakan sebagai proses penentuan Struktur Modal. Untuk
menentukan Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai variabei yang
mempengaruhinya.
Terdapat 10 variabel yang mungkin akan berpengaruh
yaitu ;
· Tingkat bunga,
· Stabilitas penjualan,
· Tingkat pertumbuhan penjualan,
· Susunan Aktiva,
· Kadar risiko dari aktiva,
· Kebutuhan modal,
· Struktur saingan,
· Keadaan pasar modal,
· Sikap manajemen, dan
· Sikap pemberi pinjaman.
Bagi perusahaan susunan struktur modal terbaik
dikatakan sebagal Struktur Modal Optimum. Struktur modal optimum menurut
pendekatan konservatif adalah struktur modal yang menggunakan modal pinjaman
maksimum 50% dari total modal. Sedangkan menurut pendekatan biaya modal struktur
modal optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan rata-rata biaya
modal perusahaan. Metoda biaya modal ini dapat dianalisis dengan berbagai
pendekatan, dan pendekatan yang dipilih pada persoalan ini adalah Pendekatan
Tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal optimum akan terjadi pada
kondisi rata-rata biaya modal minimum dan nilai perusahaan
maksimum.
Menurut
Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan
struktur modal yang optimal, yaitu :
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat
lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak
stabil.
2. Operating Leverage
Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih
mampu untuk menaikkan penggunaan leverage keuangan ( hutang
).
3. Corporate Taxes
Karena
bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika menggunakan
hutang. Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi,
maka keuntungan menggunakan hutang akan lebih tinggi, semua yang lainnya
dianggap sama.
4. Kadar resiko dari aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam
perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva
didalam perusahaan, makin besar derajat resikonya. Dan perkembangan dan kemajuan
teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat
mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih
dapat digunakan.
5. Lenders dan rating agencies
Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih,
maka pihak lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating
agencies akan mulai menurunkan rating pada tingkat hutang
perusahaan.
6. Internal cash flow
Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih
stabil dapat menjastifikasi sebuah tingkat leverage lebih
stabil.
7. Pengendalian
Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat
hutangnya dan memulai dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase
outstanding commonstock. Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah untuk
mendapatkan return yang lebih tinggi., sedangkan pembelian kembali saham
bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian.
8. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi
pada pasar keuangan dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat
suku bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term
debt, dan akan dilakukan refinance dengan long-term debt atau equity jika
kondisi pasar memungkinkan.
9. Preferensi pihak manajemen
Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen
mempunyai peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada
struktur modalnya.
10. Debt covenant
Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan
surat hutang dan terwujud melalui serangkaian kesepakatan (debt
covenant).
11. Agency cost
Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna
memonitor kegiatan pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras
dengan persetujuan antara manajer, kreditur dan juga para
shareholders.
12. Profitabilitas
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan
penggunaan internal financing yang lebih besar dapat menurunkan penggunaan
hutang (rasio hutang).
Pada
kasus tertentu ternyata kondisinya dapat dikelompokan pada 4 faktor
yang
dominan terhadap penentuan struktur modal,
yaitu:
· Faktor 1 : Stabilitas
pendapatan dan kebutuhan modal, komponen variabelnya
; Stabilitas
penjualan dan kebutuhan modal.
Dengan
variabel yang dominan adalah kebutuhan
modal.
· Faktor 2 :
Struktur pasar industri yang terdiri variable
; struktur saingan, tingkat bunga, tingkat pertumbuhan
penjualan, dan kadar risiko dari aktiva. Variabel dominannya adalah struktur
saingan.
· Faktor 3 : Risiko usaha dan keuangan, yang terdiri variabel; sikap
pemberi pinjaman, susunan aktiva, dan sikap manejemen. Variabel dominannya
adalah sikap pemberi pinjaman.
· Faktor 4 : Situasi perekonomian yang hanya terdiri variabel
keadaan pasar modal, sehingga variabel dominannya adalah variabel keadaan pasar
modal.
Untuk penentuan nilai perusahaan, dengan menggunakan
pendekatan Tradisional sebagai alat manajemen keuangan diperoleh hasil bahwa
nilai perusahaan akan meningkat dengan rata-rata biaya modal perusahaan melalui
cara perusahaan modal pinjamannya. Dan struktur modal diterapkan harus mempunyai
ratio hutang maksimum sehingga mencapai struktur modal
optimum.
Pendekatan dalam Teori Struktur
Modal
1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI
Approach)
Dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini
menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap
penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata
tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan
perusahaan.
2.
Pendekatan Traditional (Traditional
Approach)
Diasumsikan terjadi perubahan struktur modal dan
peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang
dibagi modal sendiri).
3.
Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach)
MM
berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah
walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada
pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu
terdapat perlindungan atas nilai investasi.
Yaitu karena nilai investasi total perusahaan
tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah
walaupun struktur modalnya berubah.
Asumsi yang digunakan adalah, pasar modal sempurna,
nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama,
perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama dan tidak ada
pajak
Strategi efisiensi biaya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan efektifitas kerja sumber daya perusahaan yang ada. Untuk mengatasi keterbatasan modal kerja dan biaya operasional perusahaan perlu mengadakan perencanaan penghematan diberbagai bidang. Implikasi strategi efisiensi biaya adalah:
Strategi efisiensi biaya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan efektifitas kerja sumber daya perusahaan yang ada. Untuk mengatasi keterbatasan modal kerja dan biaya operasional perusahaan perlu mengadakan perencanaan penghematan diberbagai bidang. Implikasi strategi efisiensi biaya adalah:
- Meminimalkan Kenaikan Biaya Tetap dengan cara pertumbhan pegawai negatif dan rasionalisasi pegawai.
- Mengurangi Biaya Tetap tunai dengan cara pengaturan struktur modal melalui penggunaan fasilitas kredit jangka panjang untuk memenuhi modal kerja dan penggunaan fasilitas kredit lunak UKM sehingga beban bunga lebih rendah.
- Efisiensi biaya variabel dilakukan ditingkat proses produksi dengan cara pengaturan penggunaan lini mesin pemotongan sesuai jumlah sapi . Biaya variabel juga dapat dihemat dengan strategi kemitraan usaha baik ditingkat on farm (penyediaan bahan baku), maupun pemasaran produk sehingga biaya operasional ditanggung barsama.
Untuk
menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep cost of
capital.
Dengan
perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of capital emisi saham
baru,
cost
of capital saham biasa, cost of capital laba ditahan, dan
weighted
average cost of capital. Dan struktur modal yang optimum tercapai apabila biaya
modal rata-rata tertimbang adalah rendah. Karena biaya modal ini berhubungan
dengan profitabilitas, maka pada saat struktur modal optimum diperhitungkan pula
tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE.
Untuk menghitung besarnya biaya modal dalam kaitanya
dengan struktur modal dan nilai perusahaan digunakan beberapa rumus berikut
:
1. Rumus pertama untuk menghitung return obligasi
:
Ki = I/B
Dimana
:
I = bunga hutang tahunan
B = Nilai pasar obligasi yang
beredar
Ki = Return dari obligasi
2. Rumus kedua untuk menghitung return saham biasa :
Ke = E/S
Dimana
: E = Laba untuk pemegang saham biasa
S = Nilai pasar saham biasa yang
beredar
Ke = Return dari saham biasa
3. Rumus ketiga untuk mengitung return bersih perusahaan :
Ko = O/V
Dimana
: O = Laba operasi bersih
V = Total Nilai perusahaan
Ko = Return bersih
perusahaan
Pengertian RasioSolvabilitas
Berdasarkan buku “Analisis Kinerja Keuangan” milik
Irham Fahmi menyebutkan definisi analisis ‘Rasio Solvabilitas Merupakan gambaran
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi dan menjaga kemampuannya untuk selalu
mampu memenuhi kewajibannya dalam membayar utang secara tepat
waktu’.
Sedangkan
Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuanngan” bahwa
Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan denganaktivanya.
Dengan
demikian dapat saya simpulkan bahwa rasio solvabilitas itu adalah bagaimana cara
perusahaan agar mampu menjaga dan memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjangnya.
Implikasi RasioSolvabilitas
Menurut
Fred Weston dalam buku Kasmir yang berjudul (Analisis Laporan Keuangan) rasio
solvabilitas memiliki beberapa implikasi sebagai
berikut:
1. Kreditor mengharapkan ekuitas (dana yang disediakan
pemilik) sebagai marginkeamanan.Artinyajikapemilikmemilikidanayangkecil sebagai modal, resiko
bisnis terbesar akan ditanggung olehkreditor.
2. Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat
berupa tetap dipertahankannya penguasaan atau pengendalian
perusahaan.
3. Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yanng dipinjamkannya dibandingkan dengan bunga yang
harus dibayarnya, pengembalian kepada pemilikdiperbesar.
Dalam
praktiknya, apabila hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio
solvabilitas yang tinggi, hal ini aakan berdampak timbulnya resiko kerugian
lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba lebih besar. Sebaliknya
apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai
resiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun.
Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi. Dalam pengukuran rasio
solvabilitas atau ratio leverage, dilakukan melalui 2 pendekatan,
yaitu:
· Mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana
pinjamandigunakanuntuk
permodalan.
· Melalui pendekatan rasio-rasio labarugi.
Tujuan RasioSolvabilitas
Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang
akan terjadi. Namun semua kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas
yakni:
1) Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya (kreditor).
2) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk
bunga).
3) Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva
khususnya aktiva tetap dengan modal.
4) Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
oleh utang.
5) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan
terhadap pengelolaan aktiva.
6) Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang.
7) Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan
ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang
dimiliki
8) Tujuan lainnya.
Manfaat RasioSolvabilitas
Sementara
itu, manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah sebagai
berikut:
1) Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
2) Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap.
3) Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva
khususnya aktiva tetap dengan modal.
4) Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang.
5) Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
6) Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangkapanjang.
7) Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera
akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal
sendiri.
8) Manfaat lainnya.
Intinya
adalah dengan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa
hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta
mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah
diketahui, manajer keuangan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna
menyeimbangkan penggunaan modal. Akhirnya, dari rasio ini kinerja manajeman
selama ini akan terlihat apakah sesuai tujuan perusahaan atautidak.
Jenis-Jenis RasioSolvabilitas
Biasanya
penggunaan rasio solvabilitas atau leverage disesuaikan dengan tujuan
perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara
keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio solvabilitas yang ada.
Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya perusahaan hanya
menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk diketahui. Dan
terdapat beberapa rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun
jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:
Debt to
asset (debt ratio)/ total utang terhadap totalaktiva
Merupakan
rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
Dari
hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang
semakin banyak maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan
tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yangdimilikinya.
Demikian
pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.
Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan
rasio rata-rata industri yang sejenis. Rumusan untuk mencari debt ratio dapat
digunakan sebagai berikut:
Debt to
equity ratio/ total utang terhadapmodal
Merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari
dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modaal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Bagi bank
(kreditor), semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan
semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik.
Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang
disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi
kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan
petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan
perusahaan.
Debt to
equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda tergantung karakteristik
bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil
biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.
Rumus untuk mencari debt to equity raio dapat digunakan perbandingan antara
total utang dengan total ekuitas sebagaiberikut:
1) Long term debt to equity ratio/ rasio utang jangka
panjangterhadapmodal
Merupakan rasio antara utang jangka panjangdenganmodal
sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian darisetiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utangjangkapanjang dengan cara membandingkan antara
utang jangka panjang denganmodal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Times
interest earned/ Rasio kelipatan bunga yangdihasilkan
Menurut
J. Fred Weston Times interest earned merupaka rasio untuk mencari jumlah kali
perolehan bunga. Rasio ini diartikan oleh James C. Van Horne juga sebagai
kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverageratio.
Jumlah
kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio untuk mengukur
sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu
karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak
mampu membayar bunga, dalam jangka panjang menghilangkan kepercayaan dari para
kreditor. Bahkan ketidakmampuan menutup biaya tidak menutup kemungkinan akan
mengakibatkan adanya tuntutan hukum dari kreditor. Lebih dari itu, kemungkinan
perusahaan menuju ke arah pailit semakin
besar.
Secara
umum semakin tinggi rasio semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar
bunga pinjaman dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambaha pinjaman baru bagi
kreditor. Demikian pulasebaliknya apabila rasionya rendah, semkain rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biayalainnya.
Untuk
mengukur rasio ini, digunakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak
dibandingkan dengan biaya bunga yag dikeluarkan. Dengan demikian, kemampuan
perusahaan untuk membayar
bunga
pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak. Rumus untuk mencari times interest earned dapat digunnakan dengan 2 cara
:
Fixed
charge coverage/ lingkup biayatetap
Merupakan
rasio yang menyerupai times
interest earned ratio. Hanya saja
perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utaang
jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau
jangkapanjang. Rumus untuk mencari
fixed charge (FOC) adalah sebagai berikut :
Contoh Kasus Struktur Modal
Contoh 1:
Asset PT ABC saat ini dibiayai seluruhnyaoleh saham
biasa senilai $ 5.000.000. Perusahaan ingin membeli peralatan baru senilai
$2.000.000 dengan alternative cara:
1) Menjual 40.000 lembar saham biasa pada harga $50 per
lembar,
2) Menjual obligasi berbunga
10%,
3) Menerbitkan saham preferen
8%.
Grafik EPS-EBIT dibuat dengan cara menghubungkan antara
EPS pada tingkat EBIT $1.000.000 dengan EBIT untuk masing-masing alternatif
pendanaan pada sumbu horisontal. Untuk rencana penggunaan saham biasa, garis
melewati titik nol karena tidak terdapat biaya tetap (biaya tetap = nol),
sementara untuk penggunaan obligasi,paling tidak harus tersedia EBIT sejumlah
$200.000 untuk dapat menutup biaya bunga. Untuk rencana menggunakan saham
preferen, minimal harus tersedia EBIT sejumlah $320.000 [$160.000/(1-0,5)] untuk
menutup deviden saham preferen yang sebesar $160.000 pada tingkat pajak 50%,
jadi garis saham preferen melewati titik $320.000 pada sumbu
horizontal.
Dengan
cara yang sama, titik indiferen antara saham biasa dan saham preferen diperoleh
sejumlah $ 1.120.000. Dari gambaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pada berapapun tingkat EBIT, penggunaan hutang lebih baik dari pada saham
preferen karena tingkat EPS yang dihasilkannya lebih tinggi. Kesimpulan kedua
adalah bahwa pada tingkat EBIT di atas $700.000,penggunaan hutang lebih baik
dibandingkan menggunakan saham biasa. Jika EBIT kurang dari $700.000 lebih baik
menggunakan saham biasa. Ketiga, pada tingkat EBIT di atas $1.120.000 lebih
baik perusahaan menggunakan saham preferen dibandingkan saham biasa, dan
sebaliknya jika EBIT kurang dari $1.120.000.
Contoh Kasus Ukuran
Solvabilitas
Rasio
solvabilitas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menunjukan penurunan yang
signifikan untuk semua jenis rasio mulai dari Debt To Equity Ratio yang turun
sebesar 0.95 % ditahun 2006 kemudian kembali turun sebesar 16.57 % ditahun
2007. demikian pula untuk Lomg Term Debt To Equity Ratio dan Total Debt To
Total Capital Asset yang penurunannya bahkan mencapai 31.03 % ditahun 2007
untuk Long Term Debt To Equity Ratio dan sebesar 8.15 % untuk Total Debt To
Total Capital Asset ditahun 2007. Berarti karena ketiga ukuran rasio
solvabilitas baik Debt To Equity Ratio, Lomg Term Debt To Equity Ratio dan
Total Debt To Total Capital Asset adalah menurun atau negatif, maka dapat
disimpulkan bahwa solvabilitas baik atau membuktikan bahwa PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk telah cukup baik dalam mengalola segala kewajiban yang dampaknya
dapat mengambalikan kepercayaan kreditur dan investor terhadap perusahaan. PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk tahun yang akan datang agar dapat
memperkecil tingkat persentase rasio solvabilitas yang telah dicapai. Hal ini
dapat dilakukan dengan menekan jumlah kewajiban baik jangka panjang maupun
jangka pendek dan meningkatkan total aktiva juga modal pemilik.
Daftar
Pustaka
Fahmi,Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung:
Alfabeta.
Kasmir.2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Subramanyama,K.R dan John J. Wild. 2011. Analisis
Laporan Keuangan. Jilid 1. Jakarta: Salemba
Empat.
https://www.google.com/search?q=PENGERTIAN+STRUKTUR+MODAL&ie=utf-8&oe=utf-8 (Diakses
21 November 2017)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:lgJ76mYlxvAJ:jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/teori-struktur-modal-pengertian
dan.html+&cd=3&hl=id&ct=clnk (Diakses 21 November 2017)
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/teori-struktur-modal-pengertian-dan.html (Diakses 22 November 2017)
http://kikimariki.blogspot.co.id/2008/12/manajemen-keuangan-struktur-modal.html (Diakses 22 November 2017)
0 Response to "ANALISIS INFORMASI KEUANGAN SAP 8"
Post a Comment