-->

SAMPLING AUDIT



PERLUNYA SAMPLING AUDIT
Menurut PSA N0. 26 Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.

Ada alasan lain bagi auditor untuk memeriksa kurang dari 100% unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi. Sebagai contoh, auditor mungkin hanya memeriksa beberapa transaksi dari suatu saldo akun atau kelompok untuk memperoleh pemahaman atas sifat operasi entitas atau memperjelas pemahaman atas pengendalian intern entitas. Audit sampling ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan umum, yaitu :
1.            Tidak menggunakan statistik (nonstatistik) dan
2.            Menggunakan statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Kedua pendekatan ini dapat digunakan dalam audit, karena tidak ada satu pihakpun yang dapat menjamin bahwa salah satu di antara keduanya lebih baik dari yang lain. Sampling dipergunakan untuk menginferensi karakteristik dari populasi.  Keuntungan dari sampling itu sendiri adalah :
1.            Menghemat sumber daya: biaya,waktu, tenaga
2.            Kecepatan mendapatkan informasi (up date)
3.            Ruang lingkup (cakupan) lebih luas
4.            Data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam
5.            Pekerjaan lapangan lebih mudah disbanding cara sensus.
Rencana sampling untuk pengujian substantif dapat dirancang untuk :
1.            Memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material
2.            Membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu
Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

TAHAPAN SAMPLING AUDIT
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
1.      Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini ditetapkan:
  1. Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.
  2. Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.
  3. Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan.
  4. Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2.      Menetapkan Jumlah/Unit Sampel
Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.
3.      Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4.      Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5.      Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan sebagainya.
6.      Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.

Sampling Audit Statistik dan Non Statistik
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang memadai yaitu Sampling Statistik dan Sampling Non Statistik.
A.    Sampling Statistik
Guy (1981) menyatakan bahwa sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan cara sedemikian rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik. Pertama, sampel harus dipilih secara random. Random merupakan lawan arbritrari atau judgemental. Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak akan bias. Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik. Berikut digambarkan tipe sampling audit syarat pengkategorian tipe-tipe tersebut.
Tabel Tipe Sampling Audit
No
Types of Audit Sampling
Sample Selection
Sample Evaluation
1
100 percent
Key items
Conclusive
2
Judgement Sample
Judgmental
Judgmental
3
Representative Sample
Random
Judgmental
4
Statistical Sample
Random
Mathematical
Sumber: Guy, 1981
Untuk memilih sampel secara random ada beberapa metode yang bisa digunakan :
1.      Simple Random Sampling. Menggunakan pemilihan random untuk memastikan bahwa tiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama dalam pemilihan. Tabel bilangan acak dapat dipakai untuk mecapai kerandoman (randomness).
2.      Stratified Random Sampling. Membagi populasi dalam kelompok-kelompok (grup/stratum)dan kemudian melakukan pemilihan secara random untuk tiap kelompok. Kelebihan metode ini, pertama, pemilihan sampel bisa dihubungkan dengan item kunci, serta bisa menggunakan teknik audit berbeda untuk tiap stratum. Kedua, stratifikasi meningkatkan reliabilitas sampel dan mengurangi besarnya sampel (sample size) yang dibutuhkan. Jika sampel yang homogen dikelompokkan maka keefektifan dan keefisienan sampel bisa ditingkatkan.
3.      Systematic Sampling. Menggunakan random strart point kemudian memilih tiap populasi ken. Kelebihan utama metode ini adalah penggunaannya mudah. Namun problem utama adalah kemungkinan masih timbul sampel yang bias (Guy, 1981).
4.      Sampling Probability Proportional to Size (Dollar Unit Sampling). Memilih sampel secara random sehingga probabilitas pilihan langsung terkait dengan nilai (size). Dengan metode ini unit yang nilai tercatatnya besar secara proporsional akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk terpilih daripada unit yang nilai tercatatnya kecil.
Menurut Halim (2001) sampling statistik memerlukan lebih banyak biaya daripada sampling nonstatistik. Alasannya karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan sampling secara statistik. Namun tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sedang menurut Guy (1981) ada empat kelebihan sampling statistik, yaitu :
1.      Memungkinkan auditor menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan sampel.
2.      Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderly manner) dibandingkan dengan sampling non statistic
3.      Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidak overstated atau understated, dengan risiko yang hendak diterima terukur secara matematis.
4.      Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai populasi sampel.
B.     Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkankriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor. Guy (1981) mendefinisikan sampling yang sampelnya dipilih secara subyektif, sehingga proses pemilihan sampel tidak random dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara matematis. Ada beberapa metode pemilihan sampel yang dikategorikan dalam sampling non statistik, sebagai berikut :
1.      Haphazard sampling. Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif terhadap populasi lebih berdasar judgement individu tanpa menggunakan perandom probabilistik (misalnya semacam tabel bilangan random). Untuk menghindari bias, sampel dipilih tanpa memperhatikan ukuran, sumber, atau ciri-ciri khas lainnya (Arrens dan Loebbecke, 2000).Tetapi kelemahan utama metode ini adalah kesulitan untuk benar-benar menghilangkan bias pemilihan.
2.      Block sampling. Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara berurut. Bila satu item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam blok akan terpilih dengan otomatis. Metode ini secara teoritis merupakan metode pemilihan sampel yang representatif namun jarang digunakan karena tidak efisien. Waktu dan biaya untuk memilih sampel yang memadai agar representatif terhadap populasi sangat mahal (Guy dan Carmichael, 2001).
3.      Systematic sampling. Menggunakan start point yang ditentukan secara judgement kemudian memilih tiap elemen populasi ke n. Sampel dipilih berdasarkan interval yang ditentukan dari pembagian jumlah unit dalam populasi dengan jumlah sampel.
4.      Directed sampling. Menggunakan seleksi berdasarkan judgement elemen bernilai (high value)atau elemen yang diyakini mengandung error. Auditor tidak mendasarkan pada pemilihan yang mempunyai kesempatan sama (probabilistik), namun lebih menitik beratkan pemilihan berdasarkan kriteria. Kriteria yang biasa digunakan adalah:
a)      Item-item yang paling mungkin mengandung salah saji.
b)      Item-item yang memiliki karakteristik populasi tertentu.
c)      Item yang mempunyai nilai tinggi (large dollar coverage).
Dibanding sampling statistik,  judgement atau sampling non statistik sering dikritik karena secara berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering secara irasional dipengaruhi faktor-faktor subyektif. Kecukupan ukuran sampel tidak bisa secara obyektif ditentukan. Misalnya reaksi personal auditor terhadap karyawan klien, proses pengadilan, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel (Guy, 1981). Namun demikian terlepas dari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, sampling non statistik yang direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik. Banyak situasi yang membuatjudgement sampling lebih sesuai dari pada sampling statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang berguna untuk sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus digunakan, tergantung dari keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost diferensial (dibandingkan dengan judgement sampling) serta trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat dalam pengauditan.

SAMPLING DAN RISIKO AUDIT
Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat”  yang diacu dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik audit.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri dari:
1.      risiko [meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya,  
2.      risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.
Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek risiko audit adalah risiko sampling dan risiko nonsampling.

  • Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingya.
  • Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah memeriksa semua data.

Jenis Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling
1.      Pengujian pengendalian
2.      Pengujian substantif atas transaksi
3.      Pengujian atas rincian saldo
Sebagian besar konsep sampling untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaki dapat juga diterapkan bagi sampling pengujian atas rincian saldo. Dalam kedua kasus auditor ingin membuat kesimpulan mengenai populasi secara keseluruhan berdasarkan sampel. Karena pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo. Untuk mengatasi resiko sampling, auditor dapat menggunakan metode non statistik atau statistik atas ketifa jenis pengujian tersebut. Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor.

Jenis Statistical Sampling
Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu:
1.      Attribute sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
2.      Variables sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.



Resiko Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua aspek dari risiko sampling:
1.      Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material.
2.      Risiko keliru menolak ( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material.
Auditor juga memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian jika ia menggunakan sampling:
  1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
  2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, yang terlalu t inggi dibandingkan dengan efekt ivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.

Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. Sebagai contoh, jika penilaian auditor atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru bahwa suatu saldo telah salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak demikian, penerapan prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit yang lain biasanya akan menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya, jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian substantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektivan pengendalian Walaupun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, namun tetap efektif.
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada atau tidaknya salah saji yang material. Risiko-risiko ini akan dibahas pada paragraf-paragraf selanjutnya.

TEHNIK SAMPLING STATISTIK
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa terdapat dua tehnik sampling statistik, yaitu: sampling atribut dan sampling variabel serta tehnik gabungan antara keduannya.
A.    Sampling Atribut
Yang dimaksud dengan sampling atribut adalah suatu metode untuk melakukan perkiraan atau estimasi terhadap sebagian dari populasi yang mengandung karakter atau atribut tertentu yang menjadi perhatian atau menjadi tujuan audit seorang auditor. Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian-pengujian pengendalian intern. Sampling atribut digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai tingkat kejadian di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam sistem pengendalian intern sebagai sarana untuk mengetahui apakah ketentuan-ketentuan yang dibuat manajemen telah ditaati.
Sebagai contoh misalnya auditor ingin menentukan prosentase banyaknya bukti pembayaran yang tidak didukung dengan bukti-bukti tertentu atau tidak diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Untuk menguji pengendalian intern tersebut auditor dapat menggunakan salah satu dari tiga metode sampling, yaitu estimasi atribut (sampling fixed-sample-size), sampling sekuensial (sampling atribut keputusan atau stop or go sampling) dan sampling temuan (discovery sampling). Langkah-langkah dalam sampling atribut: 
a)            Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor.
b)            Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya.
c)            Definisikan atribut yang menjadi objek pengukuran dan apa yang dimaksudkan dengan penyimpangan.
d)            Tentukan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir.
e)            Buat estimasi atau perkiraan mengenai tingkt penyimpangan di dalam populasi, yaitu jumlah penyimpangan di dalam sampel dibagi dengan besarnya sampel
f)             Tentukan tingkat keyakinan, biasanya dalam presentase.
g)            Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
·         Risiko data yang dapat diterima
·         Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir
·         Perkiraan mengenai tingkat penyimpanga dalam populasi
·         Pengaruh besarnya populasi
·         Metode sampling yang digunakan, apakah sampling fixed-sample-size, sampling sekuensial, atau sampling temuan
h)            Pilih sampel secara acak
i)             Lakukan prosedur audit
j)             Lakukan evaluasi hasil audit sampel pada langkah 9 dengan cara sebagai berikut:
·          Hitung tingkat penyimpangan
·          Pertimbangkan risiko sampling
·          Pertimbangkan aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut
·          Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern.
B.     Sampling Variabel
Yang dimaksud dengan sampling variabel adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan atau estimasi terhadap nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan. Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian substantif guna menentukan tingkat dapat diandalkanya suatu jumlah dalam suatu akun, dan dapat dilakukan dengan salah satu dari beberapa metode sebagai beriut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4) estimasi regresi.
Keempat metode ini dapat dilakukan dengan stratifikasi atau tanpa stratifikasi. Sampling stratifikasi adalah suatu metode sampling yang membagi-bagi populasi menjadi dua atau lebih sub populasi yang disebut dengan istilah strata, dan sampel kemudian dipilih dari masing-masing strata tersebut, dan masing-masing strata ini selanjutnya diaudit secara terpisah.
Pada umumnya sampling variabel dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a)      Dalam pengujian substantif, yang dimaksudkan untuk menentukan kewajaran nilai buku suatu akun.
b)      Untuk membuat estimasi mengenai nilai saldo suatu akun atau suatu kelas tertentu dari transaksi-transaksi yang berkaitan seperti taksiran saldo piutang atau taksiran total penjualan untuk suatu periode tertentu.

Secara lebih spesifik Vasarhelyi dan Lin (1990) menyatakan bahwa sampling variable ini dapat diterapkan oleh auditor untuk melakukan pekerjaan audit berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
a)      Pengujian akun piutang
b)      Pengujian jumlah kuantitas, harga dan nilai persediaan.
c)      Penggantian metode penilaian persediaan dari metode FIFO ke LIFO.
d)      Pengujian jumlah penambahan aktifa tetap
e)      Pengujian terhadap transaksi-transaksi untuk menentukn besarnya nilai transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai.

Meskipun banyak hal yang bersifat kuantitatif yang dapat dicakup dengan sampling variabel, metode ini hanya dapat digunakan apabila estimasi penyimpangan baku dari populasi dapat diketahui. Di samping itu, sampling ini juga bergantung pada karakteristik atau sifat-sifat statistik distribusi normal. Selain pengklasifikasian berupa sampling variabel tanpa stratifikasi dan sampling variabel dengan stratifikasi, sampling variabel dan biasanya dikategorikan menjadi empat metode sebagai berikut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4) estimasi regresi.
Langkah-langkah dalam sampling variabel:
a)      Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
b)      Definisikan populasi dan satuan unit samplingnya
c)      Definisikan atau tentukan tingkat keyakinan
d)     Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
e)      Tentukan besarnya risiko alfa dan risiko beta
f)       Pilih dan periksasampel pendhuluan secara acak.
g)      Perhatikan variasi di dalam populasi
h)      Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
·         Risiko alfa dan risiko beta yang dapat diterima
·         Kesalahan maksimum yang dapat ditolelir
·         Perkiraan mengenai simpangan baku populasi
·         Pengaruh besarnya populasi
i)        Pilih dan periksa sampel tambahan
j)        Lakukan prosedur audit
k)      Buat estimasi mengenai nilai akun atau nilai total populasi
l)        Hitung rengtang keyakinan berdasarkan hasil pemeriksaan sampel
m)    Buat kesimpulan secara menyeluru mengenai hasil pemeriksaan sampel.
C.    Monetary Unit Sampling
Metode ini merupakan gabungan dari sampling atribut dan sampling variabel atau modifikasi dari sampling atribut, yaitu sampling atribut yang digunakan untuk menyatakan suatu kesimpulan tentang nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan.
Langkah-langkah audit dalam sampling monetary unit sampling, sebagai berikut :
1.   Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2.   Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya
3.   Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
4.   Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.          Risiko data yang dapat diterima.
b.         Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir.
c.          Perkiraan mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi, apakah kesalahannya 100% atau kurang.
5.  Pilih sampel secara acak, secara sistematis atau dengan bantuan komputer
6.  Lakukan prosedur audit
7.  Evaluasi hasil audit sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.          Apakah tidak ada kesalahan yang dijumpai
b.         Apakah kesalahan yang dijumpai 100%
c.          Apakah kesalahan yang dijumpai kurang dari 100%
d.         Aspek-aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut
e.          Aspek-aspek kuantitatif dari penyimpangan tersebut.
8.  Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern atau pengujian yang dilakukan.
Contoh :
Seorang bendaharawan yang anda audit memiliki bukti pengeluaran kas (kuitansi = X) sebanyak sepuluh sample (N=10) lembar sebagai berikut:
Total (t)
100, 90, 110, 80, 120, 115, 85, 105, 95, 100  (total pengeluaran 1000)
Sampel yang diambil sebanyak enam (n=6) kuitansi
Pertanyaan :
a. Tentukan rata-rata nilai sample ?
b.Tentukan perkiraan (estimasi) total populasi ?
Pemecahan:
Sampel (n=6): 90, 80, 120, 85, 105, 95
Nilai total dari enam sample (t)= 575
a. Rata-rata nilai sample ( c )= t/n = 575/6 = 95,83
b.Perkiraan total (estimasi) total populasi (T)
T = 10 x 95,83 = 958,30
Ada beberapa unsur–unsur dapat mempengaruhi hasil sampling, yang mempengaruhi unit sampel, yaitu:
a.       Unit populasi
Unit populasi adalah banyaknya satuan anggota populasi. Misalnya kita melakukan audit atas mutasi pengeluara kas tahun 2001 yang terdiri atas 3.500 kuitansi dengan nilai Rp 800 juta.

b.      Standar deviasi
Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata populasi dengan para anggota secara umum sekaligus menunjukkan tingkat heterogenitas/homogenitas data dalam populasi.
Standar Deviasi = σ = √ Σ (Xi - μ)/ N
c.       Tingkat keyakinan atau keandalan
Tingkat keyakinan adalah derajat keandalan sampel terhadap populasi yang di wakilinya, di tunjukkan oleh perkiraan persentase banyaknya populasi yang terwakili oleh sampel.

SAMPLING PPS (PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE)
Menentukan Tujuan Rencana Sampling
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material.
Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-item sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.
Menentukan Ukuran Sampel
Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah :
n          = BV X RF
               TM – (AM X EF)
BV       = nilai buku populasi yang diuji
RF       = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM      = salah saji yang dapat ditoleransi
AM      = salah saji yang diantisipasi
EF       = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi
Menentukan Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam rupiah ke interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval sampling harus dihitung sebagai berikut : SI = BV –Ny
Melaksanakan Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai untuk menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji total dalam populasi.
Mengevaluasi Hasil Sampel
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah saji (upper misstatement limit – UML) dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam perancangan sampel. Juka UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML dihitung sebagai berikut :
UML   = PM + ASR
PM      = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi
ASR    = cadangan risiko sampling

Sampling Variabel Klasik
            Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.
Estimasi Mean Per Unit (MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi. Cadangan risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.
Estimasi Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam penggunaan estimasi diferensiasi :
1.      Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
2.      Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku item-item secaar individual
3.      Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan
Estimasi Rasio
            Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.

Kelebihan dan Kekurangan Sampling Variabel Klasik
Kelebihan utama sampel variabel klasik adalah :
1.      Sampel-sampelnya lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS, jika diperlukan
2.      Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan perancangan khusus
3.      Jika ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor dapat terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan sampling PPS
Sedangkan kekurangan utamanya adalah :
1.      Sampling variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya, auditor memerlukan bantuan program komputer untuk merancang sampel yang efisien dan mengevaluasi hasil sample
2.      Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi penyimpangan standar karakteristik yang populasi

Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS
Kelebihan sampling PPS adalah :
1.      Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel
2.      Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang diestimasi pada nilai audit
3.      Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai rupiahnya
4.      Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas moneter
5.      Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling variabel klasik
6.      Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum tersedia populasi yang lengkap
Sebaliknya, sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut :
1.      Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai bukti.
2.      Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel tersebut memerlukan pertimbangan khusus
3.      Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan pertimbangan khusus
4.      Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sample


Bottom of Form







SIMPULAN
Menurut PSA N0. 26 Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
1.      Menyusun Rencana Audit
2.      Menetapkan Jumlah/Unit Sampel
3.      Memilih Sampel
4.      Menguji Sampel
5.      Mengestimasi Keadaan Populasi
6.      Membuat Simpulan Hasil Audit






DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2008. Auditing, Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Jilid 1. Edisi Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Agoes, Sukrisno .2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan ) Oleh Kantor Akuntan
Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA
Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-dasar audit laporan keuangan). Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

0 Response to "SAMPLING AUDIT"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel