LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan
penyangga atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai
pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat
yang khas dari larutan penyangga ini adalah pHnya hanya berubah sedikit dengan
pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Buffer terdiri dari asam lemah dan
garam/basa konjugasinya atau basa lemah dan garam/asam konjugasinya.
Sangat
banyak kegunaan larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari, karena fungsinya
yang sangat penting. Salah satu contoh larutan buffer dalam kehidupan
sehari-hari adalah buffer dalam air ludah, buffer dalam darah, buffer pada
bidang industri farmasi, dan masih banyak lagi.
Larutan
penyangga juga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang
kimia analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan. Dalam reaksi-reaksi kimia tersebut dibutuhkan
PH yang stabil. Oleh karena itu, dibutuhkan larutan penyangga untuk mempertahankan
PH suatu zat.
Melihat
banyaknya kegunaan dari larutan penyangga dan fungsinya yang tidak kalah
penting, maka penulis ingin menggali lebih dalam kegunaan laurtan penyangga
dalam kehidupan sehari-hari dalam karya tulis ilmiah ini, dengan judul :“ Kegunaan Larutan Penyangga Dalam
Kehidupan Sehari-Hari”
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
yang dimaksud dengan larutan penyangga (buffer) ?
1.2.2
Bagaimana
sifat larutan penyangga (buffer) ?
1.2.3
Apa
sajakah kegunaan larutan penyangga (buffer) dalam tubuh makhluk hidup, industry
farmasi, bidang biologi, dan bidang analisis ?
1.3. Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan larutan penyangga (buffer).
1.3.2
Untuk
mengetahui sifat larutan penyangga (buffer).
1.3.3
Untuk
mengetahui kegunaan larutan penyangga (buffer) dalam tubuh makhluk hidup,
industry farmasi, bidang biologi, dan bidang analisis.
1.4. Manfaat
1.4.1
Memperluas
pengetahuan mengenai kegunaan larutan penyangga (buffer) bagi masyarakat.
1.4.2
Menambah
pengetahuan masyarakat tentang kegunaan laruta penyangga (buffer) dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum
membahas lebih lanjut tentang larutan penyangga , ada baiknya terlebuh dahulu
mengetahui hal- hal yang tentang larutan yang biasa disebut beffer ini :
1.
Pengertian
Larutan Penyangga
Larutan penyangga, larutan dapar, atau
buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu
agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.Sifat yang khas dari
larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian
sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga tersusun dari asam lemah
dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di
antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
a.
Larutan
penyangga yang bersifat asam
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi
dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan
suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih.
Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah
yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium (Na),
kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Contoh yang biasa merupakan campuran
asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan.
b.
Larutan
penyangga yang bersifat basa
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam
kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan
suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Seringkali yang
digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan amonium
klorida.
2.
Cara
Kerja Larutan Penyangga
Larutan
penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya,
sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-.
Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya
secara signifikan.
Berikut ini cara kerja larutan
penyangga:
a.
Larutan
Penyangga Asam
Adapun
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan
CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
·
Pada
Penambahan Asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser
kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi
dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq)
→ CH3COOH(aq)
·
Pada
Penambahan Basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH-
dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal
ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+
dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen
asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan
tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO-
dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq)
→ CH3COO-(aq) + H2O(l)
b.
Larutan
Penyangga Basa
Adapun
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
·
Pada
Penambahan Asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam
akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3),
bukannya ion
OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi
dengan basa membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq)
→ NH4+ (aq)
·
Pada
Penambahan Basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+
(aq) + OH-(aq) → NH3 (aq)
+ H2O(l)
3.
Perhitungan
PH Larutan Penyangga
a.
Larutan
Penyangga Asam
Dapat
digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam
suatu
larutan
dengan rumus berikut:
[H+]
= Ka x a/g atau pH = p Ka - log a/g
dengan,
Ka =
tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah
mol asam lemah
g = jumlah
mol basa konjugasi
b.
Larutan
Penyangga Basa
Dapat
digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam
suatu
larutan
dengan rumus berikut:
[OH-]
= Kb x b/valxg atau
pOH = p Kb
- log b/g
pH = 14 -
pOH
dengan,
Kb =
tetapan ionisasi basa lemah
b =
konsentrasi basa lemah
g = konsentrasi asam konjugasi
4.Fungsi
Larutan Penyangga
a. Fungsi
larutan penyangga dalam tubuh manusia
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis,
yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya
dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap
bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative
tetap, untuk itu maka diperlukan larutan penyangga.
Didalam setiap cairan tubuh
terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi sebagai larutan penyangga.
Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel (dalam sel) dan cairan ekstra sel
(luar sel) memerlukan system penyangga tersebut unutk mempertahankan harga pH
cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang penting adalah penyangga
karbonat ( H2CO3/HCO3-) yang
berperan dalam menjaga pH darah, dan sistem penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-)
yang berperan menjaga pH cairan intra sel.
b. Fungsi larutan penyangga dalam bidang farmasi
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah atau
biasanya pada kasus keracunan. Contohnya pada keracunan asam jengkolat. Asam
jengkolat yang terbentuk saat kita terlalu banyak mengonsumsi jengkol ini harus
di kurangi karena akan membetk kristal kristal yang menyumbat saluran kecing.
Caranya dengan memasukan larutan bisa Natrium karbonat(biasanya) yang sifatnya
basa yang nantinya akan membentuk garam ketika bereaksi dengan asam dan kemudian
akan keluar melalui urin (karena garam sifatnya adalah mudah larut dalam air).
Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam
keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut
berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH
obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat
tetes mata harus disesuaikan dengan pH air mata agar tidak menimbulkan iritasi
yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu juga obat suntik harus
disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada
darah.
Perubahan pH pada larutan obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas
obattersebut. Oleh karena itu, obat-obatan dalam bentuk larutan sering kali
bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan
kadar larutan obat tetap berada dalam trayek pH tertentu.
Larutan Penyangga pada Obat-Obatan : asam asetilsalisilat merupakan komponen utama
dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada
aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini
mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah,
terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada
aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.
c. Fungsi larutan penyangga dalam bidang industri
Gambar
obat-obatan
Dalam indutri farmasi, larutan penyangga
berperan untuk pembuatan obat-obatan agar zat aktif dari obat tersebut mempunya
pH tertentu. Selain itu larutan penyangga juga digunakan unutk industri makanan
dan minuman ringan seperti yang sering digunakan adalah Natrium asetat dan asam
sitrat.
Contohnya pada asam sitrat :
Asam
sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik
dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan
minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara
dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup,
sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat
digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah
C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan).
Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam
2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman
asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton
dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat.
Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH
larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam
sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan,
sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air.
a.
Dalam
bidang obat-obatan misalnya obat tetes mata. Obat tetes mata yang kita gunakan
sehari-hari juga menggunakan system larutan buffer agar pada saat di teteskan
ke mata manusia, dapat diterima oleh kondisi tubuh manusia. Suasana pH pada
obat tetes mata tersebut disesuaikan dengan kondisi pH manusia agar tidak
menimbulkan bahaya.
b.
Sistem
larutan penyangga atau buffer tersebut terdapat dalam cairan tubuh manusia
yakni cairan intra sel dan ekstra sel. Komponen yang berfungsi sebagai
penyangga di dalam tubuh manusia adalah komponen H2PO4-
dan HPO42-. Buffer ini berfungsi untuk mempertahankan
harga pH dalam tubuh manusia yakni sekitar 7,4.3. Adanya larutan
penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna.
c.
Sistem
larutan penyangga atau buffer tersebut terdapat dalam cairan tubuh manusia
yakni cairan intra sel dan ekstra sel. Komponen yang berfungsi sebagai
penyangga di dalam tubuh manusia adalah komponen H2PO4-
dan HPO42-. Buffer ini berfungsi untuk mempertahankan
harga pH dalam tubuh manusia yakni sekitar 7,4.3. Adanya larutan
penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna.
d.
Menjaga
pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45 ,yaitudari ion
HCO3-dengan ion Na+ . Apabila pH darah lebihdari
7,45 akan mengalami alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi/ bernapas
berlebihan. Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatny
ajantung, ginjal, hati dan pencernaan akan terganggu.5. Menjaga pH
cairan tubuh agar ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu,
yaitu asam dihidrogenposphat (H2PO4-) dengan
basa monohidrogenposphat (HPO42-)
e.
Sitrat
sangat baik digunakan dalamlarutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan
banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat
ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan
penghilang kesadahan air. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk
serbuk kristal berwarna putih. Serbuk Kristal tersebut dapat berupa
bentuk "anhydrous" (bebas air), atau
bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul
asam sitrat. Bentuk"anhydrous "asam sitrat mengkristal dalam air
panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat
dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi
bentuk "anhydrous "dengan pemanasan di atas 74 °C.
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita
rasadan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan.
Kode asam sitrat sebagai zat aditif makanan ("E number" ) adalah
E330. Garam sitrat dengan berbagai jenis logamdigunakan untuk
menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen
makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyanggadigunakan sebagai
pengendali pHdalam larutan pembersih dalam rumah tangga
dan obat-obatan. Kemampuan asam sitrat untukmengkelat logam menjadikannya
berguna sebagai bahan sabun dan deterjen.
Dengan mengkelat logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan
sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan
zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk
memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan
dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion
tersebut sebagai kompleks sitrat.
BAB III
METODE PENULISAN
Karya
tulis ilmiah ini menggunakan beberapa metode diantaranya :
3.1.Metode Kepustakaan
Diterapkan untuk mendapatkan data yang dapat
digunakan untuk membantu menganalisis beberapa hal yang berhubungan dengan larutan
penyangga.
3.2.Metode Pengumpulan Data
Dengan metode pengumpulan data yaitu dengan
mengumpulkan berbagai data dari berbagai sumber seperti internet. Dari
data-data yang kami kumpulkan tersebut kami menyusun karya tulis ilmiah ini.
BAB VI
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau larutan
buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH
tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti
pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.
Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi
suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping
itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya (Alexander ,2011).
Larutan
penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang
dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida
ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3
jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang
kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n.
Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer
(Underwood, 2002 ).
Larutan buffer sering digunakan
dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada KCKT dan
ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana tersusun
atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer
yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang
digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida
pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling
efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai pKa asam atau
basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam
asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif adalah 3,76
hingga 5,76 (Rohman, 2007).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan
karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif
stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan
digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus
diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis
buffer yang mempunyai impak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim,
substrat, atau kofaktor (Riyadi, 2008).
Keberadaan katalis buffer juga
memiliki pengaruh yang kuat terhadap laju pengerasan, reaksi degradasi dan
derajat pembentukan perekat MUF (Iswanto, 2011).
Buffer juga dapat digunakan dalam
melihat rentang asam/basa, melalui diagram potensial-pH tidak dapat mencakup
seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh trayek rentang pH sistem buffer. Walaupun
demikian, rentang pH 3,22-9,03 adalah salah satu daerah pH penting dalam kajian
korosi baja karbon, karena daerah itu meliput sebagian besar daerah peralihan
korosi aktif ke keadaan pasif (Bundjali, 2004).
Asam asetat dengan konsentrasi yang
relatif tinggi memiliki kapasitas buffer yang lebih besar, yang
artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion asetat, akan mendorong ion
H+ untuk berikatan dengan ion asetat sehingga penurunan pH akibat
ion H+ tidak terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar, pada kondisi larutan
yang lewat jenuh, partikel-partikel produk korosi dapat terbentuk lebih
seragam. Partikel-partikel tersebut mampu membentuk lapisan pelindung yang
lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi korosif terhadap permukaan logam.
Sebaliknya, pada kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH antara sisi anodik
dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH tersebut menyebabkan perbedaan
potensial antara sisi anodik dan katodik semakin tinggi sehingga proses korosi
berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan konsentrasi asam yang melebihi
batas maksimum justru menghasilkan lapisan produk korosi yang lebih protektif
karena laju pertumbuhan dari lapisan pelindung yang terbentuk pada sistem
dengan kapasitas buffer tinggi lebih terkontrol dibandingkan di
dalam sistem dengan kapasitas buffer yang rendah (Santoso, 2011).
B.
Sifat Larutan Larutan Penyangga
pH suatu larutan akan turun apabila ditambah
asam, hal ini disebabkan meningkatnya konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah
basa akan menaikkan pH karena penambahan basa meningkatkan konsentrasi OH-.
Penambahan air pada larutan asam dan basa akan mengubah pH larutan, karena
konsentrasi asam atau basanya akan mengecil. Namun, ada larutan yang bila
ditambah sedikit asam, basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti. Larutan
yang demikian disebut dengan larutan penyangga (disebut juga larutan buffer
atau dapar). Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan
kenaikan pH dan komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen
tersebut merupakan konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer
itu sendiri. Dengan demikian, larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk
oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan
asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
(Keenan et al., 1980)
Secara umum,
larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:
1. Asam
lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat asam.
2. Basa
lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat basa. (Purba, 1994)
Komponen larutan penyangga terbagi menjadi (Keenan et
al., 1980):
Berikut
merupakan sifat dari larutan penyangga berdasarkan Ph yang dimilikinya :
1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH
pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan
garamnya (yang merupakan basa konjugasi dari asamnya). Adapun cara lainnya
yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat, asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa
kuat yang digunakan seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, barium
hidroksida, kalsium hidroksida, dan lain-lain.
2. Larutan
penyangga yang bersifat basa
Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan ini dapat dibuat dari
basa lemah dan garam (yang berasal dari asam kuat). Adapun cara lainnya yaitu: mencampurkan
suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan
berlebih.
Adapun sifat-sifat
larutan penyangga diketahui sebagai berikut (Syukri, 1999):
1. Mempunyai pH
tertentu
pH
buffer dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu:
pH
= pKa + log [garam]/[asam]
pOH
= pKb + log [garam]/[basa]
pH buffer bergantung pada Ka asam lemah atau
Kb basa lemah dan perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa
konjugasinya atau konsentrasi basa lemah dengan konsentrasi asam konjugasinya.
Persamaannya (Purba, 1994):
a.
Reaksi ionisasi asam lemah:
HA(aq)
↔ H+(aq) + A-(aq)
Tetapan
ionisasinya dilambangkan dengan Ka
Ka
= [H+][A-] / [HA]
b.
Reaksi ionisasi basa lemah:
LOH(aq)
↔ L+(aq) + OH-(aq)
Tetapan
ionisasinya dilambangkan dengan Kb
Kb
= [L+][OH-] / [LOH]
2. pHnya relatif
tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa.
3. pHnya tidak
berubah jika diencerkan.
Telah
disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan
asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-.
Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya
secara signifikan.
Berikut ini cara kerja larutan penyangga
(Syukri, 1999):
1. Larutan penyangga asam
Sebagai
contoh cara kerjanya dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:
- Pada
penambahan asam
Penambahan
asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H+ yang ditambahkan akan
bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq)
→ CH3COOH(aq)
- Pada
penambahan basa
Jika
yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi
dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa
menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang
ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan
air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq)
→ CH3COO-(aq) + H2O(l)
2. Larutan penyangga basa
Sebagai
contoh cara kerjanya, dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung
NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:
-
Pada penambahan asam
Jika
ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal
tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion
OH- dapat dipertahankan. Disamping itu, penambahan ini menyebabkan berkurangnya
komponen basa (NH3), bukan ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa
NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq)
→ NH4+ (aq)
-
Pada penambahan basa
Jika
yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan
bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq)
→ NH3 (aq) + H2O(l)
Untuk menghitung pH
larutan buffer digunakan cara sebagai berikut (Purba, 1994):
Larutan
penyangga asam
Dapat
digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:
[H+] = Ka x a/g
atau
pH = p Ka – log a/g
dengan, Ka =
tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g
= jumlah mol basa konjugasi
Larutan
penyangga basa
Dapat
digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:
[OH-] = Kb x
b/g atau
pH = p Kb – log b/g
dengan, Kb =
tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g
= jumlah mol asam konjugasi
Menurut
Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai kapasitas buffer
(yang biasa disebut indeks buffer atau intensitas buffer).
Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk
mempertahankan pHnya yang konstan apabila ditambahkan asam kuat atau basa kuat.
Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-garam yang
terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran kesetimbangan ke
kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi asam kuat
atau basa kuat yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya
besar. Sebaliknya apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat
menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit.
Sehingga dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer
dapat menahan perubahan [H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang diizinkan
hanyalah sekitar 2. Ka atau Kb adalah konstanta, maka suatu buffer hanya
efektif pada daerah pH tertentu yang disebut rentang daerah buffer.
Sesungguhnya penambahan asam/basa pada suatu buffer akan mengubah
pH-nya, namun perubahan itu sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika
jumlah asam/basa yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat
diabaikan lagi. Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer
sebelum pH larutan berubah disebut kapasitas buffer .
Kapasitas/daya
tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan perbandingan mol dari
komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol komponen penyangga, semakin
besar kemampuannya mempertahankan pH. Apabila komponen asam terlalu sedikit,
penambahan sedikit basa dapat mengubah pHnya. Sebaliknya apabila komponen
basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit asam dapat mengubah pHnya.
Sedangkan, perbandingan mol antara komponen-komponen suatu larutan penyangga sebaiknya
antara 0,1-10. Di luar perbandingan tersebut, maka sifat penyangganya akan
berkurang (Keenan et al., 1980).
Larutan
penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam
cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4-
-HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam cairan ekstrasel adalah
pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3-). Sistem penyangga ini dapat
menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al.,
1980).
C. Fungsi
Larutan Penyangga
1. Fungsi
Larutan Penyangga Dalam Tubuh Manusia
·
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis,
yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya
dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap
bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative
tetap, untuk itu maka diperlukan larutan penyangga.
Didalam
setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi
sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel (dalam
sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga tersebut
unutk mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang
penting adalah penyangga karbonat ( H2CO3/HCO3-)
yang berperan dalam menjaga pH darah, dan sistem penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-)
yang berperan menjaga pH cairan intra sel.
2. Fungsi Larutan Penyangga Dalam Bidang Farmasi
·
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah atau
biasanya pada kasus keracunan. Contohnya pada keracunan asam jengkolat. Asam
jengkolat yang terbentuk saat kita terlalu banyak mengonsumsi jengkol ini harus
di kurangi karena akan membetk kristal kristal yang menyumbat saluran kecing.
Caranya dengan memasukan larutan bisa Natrium karbonat(biasanya) yang sifatnya
basa yang nantinya akan membentuk garam ketika bereaksi dengan asam dan
kemudian akan keluar melalui urin (karena garam sifatnya adalah mudah larut
dalam air).
·
Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam
keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut
berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH
obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat
tetes mata harus disesuaikan dengan pH air mata agar tidak menimbulkan iritasi
yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu juga obat suntik harus
disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada
darah.
·
Perubahan pH pada larutan obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas
obattersebut. Oleh karena itu, obat-obatan dalam bentuk larutan sering kali
bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan
kadar larutan obat tetap berada dalam trayek pH tertentu.
·
Larutan Penyangga pada Obat-Obatan : asam asetilsalisilat merupakan komponen
utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam
pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini
mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah,
terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada
aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.
3. Fungsi Larutan Penyangga Dalam Bidang Industri
·
Dalam indutri farmasi, larutan penyangga berperan untuk pembuatan obat-obatan
agar zat aktif dari obat tersebut mempunya pH tertentu. Selain itu larutan
penyangga juga digunakan unutk industri makanan dan minuman ringan seperti yang
sering digunakan adalah Natrium asetat dan asam sitrat.
Contohnya pada asam sitrat :
Asam
sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik
dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan
minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara
dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup,
sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat
digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
·
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah
C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan).
Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam
2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
·
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman
asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton
dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat.
Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH
larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam
sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan,
sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air.
2.
Dalam
Hal-Hal Lainnya
a. Adanya larutan penyangga ini dapat
kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi,
industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan
tubuh.
b. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan
intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam
cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42-
yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga
tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.
c. Menjaga pH pada plasma darah
agar berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45 ,yaitu dari ion HCO3-
denganion Na+ . Apabila pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami
alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi/ bernapas berlebihan, mutah
hebat.Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya
jantung ,ginjal ,hati dan pencernaan akan terganggu.
d. Menjaga pH cairan tubuh agar
ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yaitu asam dihidrogen
posphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogen
posphat (HPO42-)
e. Menjaga pH makanan olahan dalam
kaleng agar tidak mudah rusak /teroksidasi (asam benzoat dengan natrium
benzoat).
f. Selain itu penerapan larutan penyangga ini
dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.
BAB
V
PENUTUP
5.1.Simpulan
Berdasarkan
hasil dari riset dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Larutan penyangga atau buffer
adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai PH tertentu agar tidak
banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan
penyangga ini adalah PHnya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam
kuat atau basa kuat. Buffer terdiri dari asam lemah dan garam/basa konjugasinya
atau basa lemah dan garam/asam konjugasinya.
Sangat banyak kegunaan larutan penyangga dalam
kehidupan sehari-hari, karena fungsinya yang sangat penting. Salah satu contoh
larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari adalah buffer dalam air ludah,
buffer dalam darah, buffer pada bidang industri farmasi, dan masih banyak lagi.
2. pH suatu larutan akan turun
apabila ditambah asam, hal ini disebabkan meningkatnya konsentrasi H+.
Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena penambahan basa
meningkatkan konsentrasi OH-.
5.2.Saran
Dari analisis pembahasan, maka
dapat diberikan beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindak lanjuti, yaitu :
1.
Bagi Peneliti
Selanjutnya
Diharapkan
di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk
penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor
lainnya, variabel yang berbeda, jumlah sampel yang lebih banyak, tempat yang
berbeda, desain yang lebih tepat dan tetap berhubungan dengan kegunaan larutan
penyangga dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Bagi Masyarakat
Untuk
lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kegunaan larutan penyangga,
maka usahakan sesering mungkin membaca buku agar dapat lebih memahami informasi
yang lebih jelas tentang kegunaan larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar
Pustaka
http://alvinelys.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-fungsi-larutan-penyangga.html
http://sinungpb.blogspot.com/2013/03/fungsi-larutan-penyyanga.html
http://velahumaira.blogspot.com/2012/02/fungsi-buffer-pada-bidang-farmasi.html
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)